cara memilih guru agama, ciri dai yang benar, bahaya dai gadungan, hukum musik dalam Islam, ikhtilath dalam Islam.
Ketika Dai Menjadi Hiburan, Bukan Pembawa Cahaya
Sahabatku, pernahkah hati kita sedih melihat fenomena ustadz atau dai yang justru mengajak pada keburukan? Ada yang ceramahnya dipenuhi lawakan tak bermutu, hujatan terhadap pemerintah, penampilan yang jauh dari ketawadhu’an, hingga mengobral fatwa kontroversial seperti menghalalkan musik, joget-joget, dan campur-baur lelaki-perempuan yang jelas bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Mirisnya, ini terjadi di era di mana agama mudah diakses, tapi kebenaran justru tenggelam dalam riuh rendah hiburan.
"Ilmu itu cahaya, tapi jika guru salah, cahaya itu bisa jadi api yang membakar."
1. Mengapa Memilih Guru yang Tepat Itu Wajib?
Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti...” (QS. Al-Hujurat: 6).
Memilih guru agama bukan sekadar cari ustadz viral atau yang suara merdu. Ini tentang menyelamatkan aqidah dan amal kita. Jika guru salah, seluruh pemahaman kita bisa terdistorsi.
Kisah Nyata: Seorang teman pernah mengikuti kajian dai yang gemar menertawakan ulama lain. Akhirnya, dia malah tumbuh jadi pribadi su’udzon dan meninggalkan sunnah karena merasa “lebih benar”.
2. Ciri Guru Agama yang Layak Diikuti
Berpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah (bukan pendapat pribadi atau tren).
Sanad Ilmu Jelas: Memiliki guru yang dikenal keilmuannya, bukan belajar dari Google atau video pendek.
Akhlak Mulia: Tidak sombong, tidak mencela, dan menjaga adab bicara.
Konsisten antara Ucapan dan Perbuatan: Dai yang mengharamkan musik tapi hidupnya dipenuhi gemerlap dunia? Red flag!
Analoginya: "Seperti mencari air di padang pasir, pastikan sumbernya bukan fatamorgana."
3. Tanda-Tanda Dai yang Perlu Dihindari
Mengutamakan Hiburan Daripada Ilmu: Ceramah penuh lawakan, bahkan sampai melupakan nasihat.
Mencela Penguasa Tanpa Dalil Jelas: Islam mengajarkan nasihat dengan hikmah, bukan hujatan.
Penampilan Aneh atau Tidak Pantas: Rasulullah ï·º bersabda, "Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan." (HR. Muslim). Tapi keindahan dalam Islam adalah kesederhanaan dan kesopanan.
Membolehkan yang Haram dengan Dalil Lemah: Misal, menghalalkan joget, musik, atau ikhtilath (campur-baur lelaki-perempuan tanpa batas).
Peringatan Keras:
"Jika seorang dai lebih sering bercanda daripada mengingatkan tentang akhirat, tanyakan pada diri: Apakah kita butuh hiburan atau hidayah?"
4. Langkah Konkret Agar Tidak Tertipu
Cek Latar Belakang Ilmunya: Siapa gurunya? Dari mana sanad keilmuannya?
Bandungkan dengan Ulama Ahlus Sunnah: Seperti Syekh Bin Baz, Syekh Utsaimin, atau ulama Indonesia yang diakui.
Awasilah Kontennya: Jika kontennya lebih banyak trending daripada mengajak pada takwa, tinggalkan!
Berdoa Meminta Petunjuk: “Ya Allah, tunjukkanlah kepadaku kebenaran sebagai kebenaran dan berilah aku kekuatan untuk mengikutinya.”
Kata Hikmah:
"Jangan sampai kita lebih teliti memilih makanan halal daripada memilih guru agama."
FAQ (Pertanyaan Paling Sering Ditanyakan):
Q: Bagaimana membedakan dai yang benar dengan dai pencari popularitas?
A: Dai yang benar fokus pada nasihat, tidak takut dikritik, dan tidak mengorbankan prinsip agama untuk likes.
Q: Apakah semua musik haram? Ada dai yang bilang boleh selama tidak maksiat.
A: Ulama Ahlus Sunnah sepakat musik dengan alat musik (seperti gitar, drum) haram. Dalilnya kuat dalam hadits (HR. Al-Bukhari). Yang diperbolehkan hanya rebana dalam acara tertentu seperti pernikahan.
Q: Bolehkah ikut kajian online dari dai yang tidak dikenal sanadnya?
A: Boleh, asal cross-check dengan kitab ulama terpercaya. Tapi prioritaskan belajar dari guru yang jelas sanadnya.
Q: Apa hukum mengkritik pemerintah dalam ceramah?
A: Boleh jika dengan cara yang benar (nasihat tertutup, bukan hujatan publik), selama tidak memicu fitnah atau perpecahan.
Mitos vs Fakta Seputar Belajar Agama
Mitos: "Yang penting niat baik, meski gurunya salah."
Fakta: Niat baik harus diiringi cara yang benar. Rasulullah ï·º bersabda: "Barangsiapa melakukan amalan tanpa tuntunan kami, maka amalan itu tertolak." (HR. Muslim).Mitos: "Dai zaman sekarang harus mengikuti tren biar didengar."
Fakta: Dakwah Nabi ï·º tak pernah mengorbankan prinsip demi tren.
Agama Bukan Tontonan, Tapi Tuntunan
Jangan sampai kita terjebak dalam kultus individu dai yang justru menjauhkan kita dari ajaran Islam yang murni. Mari kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman salafush shalih.
"Ilmu agama adalah warisan Nabi. Jangan serahkan warisanmu pada orang yang tak layak menjaganya."
P.S:
Jika tulisan ini menyentuh hatimu, bagikan pada saudaramu. Bisa jadi, ini menjadi amal jariyah yang menyelamatkan mereka dari guru gadungan.
Disclaimer:
Penulis hanya mengingatkan diri sendiri dan pembaca. Kebenaran mutlak hanya milik Allah ﷻ. Jika ada kesalahan, itu dari diri penulis, dan kami terbuka untuk dikoreksi dengan dalil. 🌿
Video Pengantar Ustadz/Dai yang mengajak pada kesesatan
Diskusi di kolom komentar
"Pernahkah Anda menemukan dai yang menyesatkan? Bagikan ceritamu!"
COMMENTS